Sunday 6 May 2007

Phylosophy of Things a Correlation of Cause – Consequences Version 2.0

Filosofi Tentang Banyak Hal – sebuah korelasi dari sebab – akibat

Catatan Penulis:
Setelah mendapat masukan dari beberapa rekan, judul yang sama ditulis dengan gaya bahasa yang mudah dimengerti ditambah dengan beberapa contoh untuk memberikan pengertian bagian tertentu yang dirasa perlu.


Terdengar sederhana korelasi antara sebab dan akibat ini; akibat adalah konsekuensi logis dari suatu sebab. Ini berlaku untuk kejadian yang telah terjadi. Untuk perencanaan, beberapa akibat dapat dianalisa sebagai bagian dari perencanaan. Hal ini termasuk juga dalam manajemen resiko.

Disini, penulis memiliki keyakinan, setelah melihat dan mengamati banyak kejadian; suatu kejadian dapat dikaitkan sebagai konsekuensi dari beberapa tindakan sebelumnya. Contoh sederhana: mengapa seseorang dalam ujian mendapat nilai buruk? Logisnya bisa dijawab: bagaimana prestasi kesehariannya? Apakah dia termasuk yang aktif di kelas? Apakah dia sering mengulang pelajarannya? Apakah dia sakit pada saat ujian? Dan seterusnya...
Yang jelas, nilai ujian adalah akibat, salah satu jawaban pertanyaan-pertanyaan di atas adalah sebab.

Yang dibahas di sini adalah seni mengkorelasikan sebab dan akibat dalam konteks proses argumentasi. Bagaimana memimpin argumentasi di saat posisi kuat dan menetralkan situasi dengan bernegosiasi saat kondisi lemah.

Dalam beberapa kesempatan berargumentasi, memberikan justifikasi, atau pertengkaran sekalipun selalu ada topik utama yang dibicarakan. Selain strategi untuk menghadapi event tersebut masih ada beberapa pertimbangan penting yang menentukan kemungkinan hasil akhir, misalnya awal penyebab masalah yang timbul menjadi kunci akibat yang diperdebatkan.

Contoh: Apabila ada seorang murid yang orang tuanya dipanggil karena sering dilaporkan tidak membuat pekerjaan rumah setiap hari senin, maka beberapa penyebab yang dapat dianalisa adalah apakah murid yang bersangkutan selalu over aktif di akhir pekan sehingga tidak punya waktu tersisa untuk mengerjakan tugas hari senin, lainnya apakah pola mengerjakan pekerjaan rumahnya benar? Atau apakah konsentrasi belajar dan kegiatan lain berimbang, dst... Dari jawaban pertanyaan yang diajukan tentunya sudah dapat diramalkan arah dan jalannya pertemuan orang tua murid dengan guru tersebut.

Pertemuan yang diramalkan akan berjalan mulus akan meleset apabila jawaban dari beberapa pertanyaan mendasar tentang penyebab kejadian tersebut tidak terjawab dengan baik, bahkan ada kemungkinan pertemuan ini menjadi sengit atau hanya berakhir dengan kesepakatan mencari penyebab masalah yang dibicarakan.

Konsep sebab akibat menawarkan pola pikir yang sederhana namun efektif untuk mengetahui akar permasalahan dan menghindari argumentasi berkepanjangan.

Efektivitas dalam berargumentasi ditentukan oleh seberapa besar kapasitas lawan bicara kita dalam menerima serta mengolah informasi. Kapasitas besar dapat diartikan memiliki awareness dan logika yang diterapkan dalam argumentasi yang rasional menguasai pokok pembicaraan.

Adakalanya seseorang disebut “pintar berargumentasi”, pandai memutar balikkan fakta, berkata-kata dengan efektif. Berbicara dengan lawan bicara dengan kemampuan ini akan mudah apabila disisi lain diri kita memiliki kemampuan yang berimbang. Masalah akan timbul di pihak kita apabila argumentasi yang diutarakan selalu dapat dimentahkan dengan kepiawaian lawan bicara.

Dibawah ini adalah sharing mengenai cara-cara atau strategi sederhana yang dapat dipergunakan untuk mempersingkat argumentasi:

Inti konsep sebab akibat adalah: ”berargumentasilah selama yang dirujuk lawan bicara adalah akibat (konsekuensi logis) dari suatu sebab, namun tunduklah pada kebenaran yang logis apabila yang dirujuk adalah sebab yang menghasilkan akibat sebagai konsekuensi logisnya”

Dari contoh pertemuan orang tua murid dan guru pembimbing disekolah misalnya: guru pembimbing yang bijak dapat membeberkan fakta prestasi anak didiknya dengan memperlihatkan catatan tugas yang tidak dikumpulkan tepat waktu, kemudian disimpulkan dengan keterangan bahwa kecenderungan kelalaian tugas terjadi pada hari Senin. Di sisi lain orang tua murid yang bijaksana akan mendengarkan dengan seksama sambil mempersiapkan sebab-sebab yang selayaknya dapat dijelaskan dengan mudah untuk mempersingkat acara pertemuan dan menghasilkan pertemuan yang efektif.

Cara lain yang kurang bijaksana adalah dengan mulai menyalahkan anak kandung mereka dengan tidak mempedulikan penyebab atau mencari tahu kemungkinan penyebab. Sikap protektif dari orang tua murid juga akan turut memperburuk situasi. Sebagai guru pembimbing, kemampuan memberikan penjelasan yang masuk akal dan membeberkan tujuan pertemuan demi kebaikan bersama harus dikomunikasikan dengan baik.

Apabila salah satu atau kedua pihak dapat menerima dengan baik penjelasan sebab akibat, pertemuan akan bermutu dan berakhir dengan kesepakatan yang baik. Sebaliknya apabila hubungan sebab akibat tidak diperhatikan dengan baik, kecenderungan berputar di sisi akibat dan mengaburkan obyektif pertemuan yang sesungguhnya.
Langkah mana yang akan ditempuh akan menentukan efektif atau tidaknya pertemuan tersebut.

Melanjutkan pembahasan dalam suatu perdebatan, pada saat lawan bicara mengajukan akibat untuk diperdebatkan, anda dapat mengajukan akibat lain sebagai kemungkinan tandingan; namun tidak demikian pada saat lawan bicara anda merujuk pada sebab yang benar. Jika itu yang terjadi carilah obyek lain untuk diargumentasikan atau mengambil jalan tengah dalam kompromi.

Dimanakah kekuatan konsep ini bagi yang berada di sisi lemah? Salah satu pendekatan solusinya adalah dengan mengarahkan perundingan ke arah yang dapat disepakati, bukan dengan menghindar; mengurangi besarnya tekanan yang ditimbulkannya, karena seringkali sulit menghilangkan impactnya. Cara ini dipandang lebih fair dibanding argumentasi panjang tanpa arah argumentasi yang jelas.

Bagi sisi yang kuat argumentasi sebabnya, anda dapat memimpin argumentasi dengan peluang kemenangan yang lebih besar, memiliki daya tawar yang lebih kuat; hasil akhir sangat ditentukan obyektif dari suatu proses argumentasi ybs.

Contoh kongkrit dari hubungan sebab akibat yang sederhana adalah sbb:
Anak saya pernah diajari cara membaca yang benar supaya mata tidak rusak, yakni membaca sambil duduk, tidak boleh tiduran; suatu hari dia melihat saya baca sambil tiduran, dia lalu berkata “Papa, jangan baca sambil tiduran nanti matanya rusak”. Serta merta saya duduk karena dia merujuk pada SEBAB bukan akibat. Dalam situasi ini Saya selaku ayah berada dipihak yang lemah, itu sebabnya menuruti kata-kata anak kecil sekalipun menjadi konsekuensi yang logis.

Contoh lain dengan situasi yang berbeda adalah sebagai berikut:
Salah seorang rekan kerja beralasan dan berputar-putar perihal penjelasan tidak terselasaikannya suatu pekerjaan; cara yang tidak akan berhasil guna karena alasan adalah akibat; akan berbeda apabila sebab yang dikemukakan dengan baik dan benar, misalnya pada proses yang diluar kontrol yang menyebabkan tertundanya pekerjaan.

Menguasai konsep sebab akibat ini hanya akan menjamin efektivitas pembicaraan, posisi tawar terkadang dapat dikompromikan, namun kenyataan tidak selalu benar adanya.

Dalam perencanaan taktik dan strategi, ada baiknya akibat yang merugikan diminimalkan dan sebab yang menguntungkan diperjuangkan dengan kegiatan-kegiatan yang tepat untuk menghasilkan akibat-akibat yang baik sesuai dengan keinginan.

Untuk tanggapan, saran, dan komentar, hubungi kiki.wibowo@gmail.com

No comments: