Sunday 6 May 2007

The Art of Convincing Others - Version 2.0

Seni mempengaruhi Orang

Catatan Penulis:
Setelah mendapat masukan dari beberapa rekan, judul yang sama ditulis dengan gaya bahasa yang mudah dimengerti ditambah dengan beberapa contoh untuk memberikan pengertian bagian tertentu yang dirasa perlu.


Sebelum diterjemahkan secara bebas, seni mempengaruhi orang ini selayaknya dipergunakan untuk tujuan yang saling menguntungkan semua pihak, tidak hanya kepentingan pribadi atau sepihak.

Pada tulisan Career Life Cycle, dituliskan bahwa pengaruh adalah sesuatu yang dibangun; kemampuan mempengaruhi orang lain adalah hasilnya yang merupakan konsekuensi logis dari proses pembelajaran tsb.

Apa sih pengaruh itu?
Pengaruh adalah kumpulan ide yang dilaksanakan dalam tindakan nyata karena dipercaya banyak orang sebagai ide yang benar dan baik apabila dijalankan.

Contohnya?
Menyuntikkan ide kepada rekan-rekan kerja untuk memulai ”English Day” di salah satu hari kerja dengan tujuan memperlancar keahlian berkomunikasi dalam bahasa Inggris untuk menunjang kemajuan karir. Ide ini diterima dan dilaksanakan awalnya dengan konsistensi seadanya, namun dengan dorongan, teladan dan praktek yang terus menerus pada akhirnya program ini dapat dijalankan dengan nilai cukup.

Contoh di atas adalah salah satu ide yang mampu mengkondisikan lingkungan dalam mengkondisikan diri menjadi pribadi yang berpengaruh. Tentu saja hanya dengan satu ide yang berhasil tidak otomatis membuat seseorang berpengaruh. Oleh sebab itu mengemukakan ide positif secara terus menerus membantu membangkitkan pengaruh dalam lingkungan sekitar. Inilah yang disebut membangun pengaruh.

Membangun pengaruh dengan mengkondisikan lingkungan memiliki tantangan tersendiri. Pengaruh akan datang dan pergi seiring dengan level tindakan, pikiran, dan ucapan yang diperlihatkan dalam keseharian. Pengaruh tidak datang dalam waktu singkat tapi besar kemungkinan akan pergi dalam sekejap oleh setitik ketidak serasian tindakan, pikiran atau ucapan.

Mempengaruhi orang untuk sependapat, mendukung, hingga sepenuh hati menjalankan tujuan bersama membutuhkan ketulusan, komunikasi yang baik, serta tujuan akhir yang benar untuk kepentingan dan kemajuan bersama.

Salah satu action item untuk mendapatkan kesepakatan banyak orang adalah dengan mengemukakan itikad baik, konsep yang didukung logika yang benar, mewakili kebenaran dan kepentingan banyak orang, memperjuangkan kemajuan.

Kalau begitu tentunya seseorang yang memperjuangkan kemampuan mempengaruhi orang lain wajib memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, dapat melihat masalah dari berbagai sudut pandang, memiliki pengetahuan dan informasi yang memadai, serta membangun pengaruh.

Semua kemampuan di atas sudah barang tentu memerlukan proses pembelajaran yang berkesinambungan dengan penuh semangat dan senantiasa dapat mempraktekkan kemampuan berubah – baca artikel Eagerness to Change.

Di luar ini, kesepahaman akan mudah tercemari dengan pengaruh lain dengan arah dan hasil yang bervariasi.
Seseorang sebagai pribadi tidak mungkin dapat menyenangkan semua orang, pastilah ada satu atau beberapa orang yang tidak menyenangi cara atau pendekatan yang dilakukan, salah satu penyebabnya adalah kacamata pandang yang berbeda, agenda yang berbeda, atau arah dan visi yang berbeda. Hal ini merupakan kelumrahan yang manusiawi. Adalah penting bagi semua orang yang hendak membangun pengaruh untuk tetap mewaspadai hal-hal yang tidak mengarah pada apa yang diinginkan.

Mempengaruhi orang di sekitar kita juga memberikan arti pentingnya energi yang dicurahkan kepada lingkungan sekitar; besarnya energi yang dicurahkan kepada lingkungan sekitar menunjukkan berapa besar perhatian dan pengaruh yang ditebarkan.
Memang benar hasil adalah sesuatu yang di luar kontrol, namun pengaruh positif akan menghasilkan sesuatu yang positif, selayaknya hukum aksi reaksi.

Yang dimaksudkan dengan energi dalam bentuk nyata dapat dilaksanakan dengan bekerja dengan baik, berkomunikasi dengan baik, beritikad baik, yang secara terus menerus ditebarkan kepada lingkungan sekitar, niscaya anda akan mendapatkan pengaruh yang berkecukupan untuk meyakinkan orang.

Untuk tanggapan, saran, dan komentar, hubungi kiki.wibowo@gmail.com

Phylosophy of Things a Correlation of Cause – Consequences Version 2.0

Filosofi Tentang Banyak Hal – sebuah korelasi dari sebab – akibat

Catatan Penulis:
Setelah mendapat masukan dari beberapa rekan, judul yang sama ditulis dengan gaya bahasa yang mudah dimengerti ditambah dengan beberapa contoh untuk memberikan pengertian bagian tertentu yang dirasa perlu.


Terdengar sederhana korelasi antara sebab dan akibat ini; akibat adalah konsekuensi logis dari suatu sebab. Ini berlaku untuk kejadian yang telah terjadi. Untuk perencanaan, beberapa akibat dapat dianalisa sebagai bagian dari perencanaan. Hal ini termasuk juga dalam manajemen resiko.

Disini, penulis memiliki keyakinan, setelah melihat dan mengamati banyak kejadian; suatu kejadian dapat dikaitkan sebagai konsekuensi dari beberapa tindakan sebelumnya. Contoh sederhana: mengapa seseorang dalam ujian mendapat nilai buruk? Logisnya bisa dijawab: bagaimana prestasi kesehariannya? Apakah dia termasuk yang aktif di kelas? Apakah dia sering mengulang pelajarannya? Apakah dia sakit pada saat ujian? Dan seterusnya...
Yang jelas, nilai ujian adalah akibat, salah satu jawaban pertanyaan-pertanyaan di atas adalah sebab.

Yang dibahas di sini adalah seni mengkorelasikan sebab dan akibat dalam konteks proses argumentasi. Bagaimana memimpin argumentasi di saat posisi kuat dan menetralkan situasi dengan bernegosiasi saat kondisi lemah.

Dalam beberapa kesempatan berargumentasi, memberikan justifikasi, atau pertengkaran sekalipun selalu ada topik utama yang dibicarakan. Selain strategi untuk menghadapi event tersebut masih ada beberapa pertimbangan penting yang menentukan kemungkinan hasil akhir, misalnya awal penyebab masalah yang timbul menjadi kunci akibat yang diperdebatkan.

Contoh: Apabila ada seorang murid yang orang tuanya dipanggil karena sering dilaporkan tidak membuat pekerjaan rumah setiap hari senin, maka beberapa penyebab yang dapat dianalisa adalah apakah murid yang bersangkutan selalu over aktif di akhir pekan sehingga tidak punya waktu tersisa untuk mengerjakan tugas hari senin, lainnya apakah pola mengerjakan pekerjaan rumahnya benar? Atau apakah konsentrasi belajar dan kegiatan lain berimbang, dst... Dari jawaban pertanyaan yang diajukan tentunya sudah dapat diramalkan arah dan jalannya pertemuan orang tua murid dengan guru tersebut.

Pertemuan yang diramalkan akan berjalan mulus akan meleset apabila jawaban dari beberapa pertanyaan mendasar tentang penyebab kejadian tersebut tidak terjawab dengan baik, bahkan ada kemungkinan pertemuan ini menjadi sengit atau hanya berakhir dengan kesepakatan mencari penyebab masalah yang dibicarakan.

Konsep sebab akibat menawarkan pola pikir yang sederhana namun efektif untuk mengetahui akar permasalahan dan menghindari argumentasi berkepanjangan.

Efektivitas dalam berargumentasi ditentukan oleh seberapa besar kapasitas lawan bicara kita dalam menerima serta mengolah informasi. Kapasitas besar dapat diartikan memiliki awareness dan logika yang diterapkan dalam argumentasi yang rasional menguasai pokok pembicaraan.

Adakalanya seseorang disebut “pintar berargumentasi”, pandai memutar balikkan fakta, berkata-kata dengan efektif. Berbicara dengan lawan bicara dengan kemampuan ini akan mudah apabila disisi lain diri kita memiliki kemampuan yang berimbang. Masalah akan timbul di pihak kita apabila argumentasi yang diutarakan selalu dapat dimentahkan dengan kepiawaian lawan bicara.

Dibawah ini adalah sharing mengenai cara-cara atau strategi sederhana yang dapat dipergunakan untuk mempersingkat argumentasi:

Inti konsep sebab akibat adalah: ”berargumentasilah selama yang dirujuk lawan bicara adalah akibat (konsekuensi logis) dari suatu sebab, namun tunduklah pada kebenaran yang logis apabila yang dirujuk adalah sebab yang menghasilkan akibat sebagai konsekuensi logisnya”

Dari contoh pertemuan orang tua murid dan guru pembimbing disekolah misalnya: guru pembimbing yang bijak dapat membeberkan fakta prestasi anak didiknya dengan memperlihatkan catatan tugas yang tidak dikumpulkan tepat waktu, kemudian disimpulkan dengan keterangan bahwa kecenderungan kelalaian tugas terjadi pada hari Senin. Di sisi lain orang tua murid yang bijaksana akan mendengarkan dengan seksama sambil mempersiapkan sebab-sebab yang selayaknya dapat dijelaskan dengan mudah untuk mempersingkat acara pertemuan dan menghasilkan pertemuan yang efektif.

Cara lain yang kurang bijaksana adalah dengan mulai menyalahkan anak kandung mereka dengan tidak mempedulikan penyebab atau mencari tahu kemungkinan penyebab. Sikap protektif dari orang tua murid juga akan turut memperburuk situasi. Sebagai guru pembimbing, kemampuan memberikan penjelasan yang masuk akal dan membeberkan tujuan pertemuan demi kebaikan bersama harus dikomunikasikan dengan baik.

Apabila salah satu atau kedua pihak dapat menerima dengan baik penjelasan sebab akibat, pertemuan akan bermutu dan berakhir dengan kesepakatan yang baik. Sebaliknya apabila hubungan sebab akibat tidak diperhatikan dengan baik, kecenderungan berputar di sisi akibat dan mengaburkan obyektif pertemuan yang sesungguhnya.
Langkah mana yang akan ditempuh akan menentukan efektif atau tidaknya pertemuan tersebut.

Melanjutkan pembahasan dalam suatu perdebatan, pada saat lawan bicara mengajukan akibat untuk diperdebatkan, anda dapat mengajukan akibat lain sebagai kemungkinan tandingan; namun tidak demikian pada saat lawan bicara anda merujuk pada sebab yang benar. Jika itu yang terjadi carilah obyek lain untuk diargumentasikan atau mengambil jalan tengah dalam kompromi.

Dimanakah kekuatan konsep ini bagi yang berada di sisi lemah? Salah satu pendekatan solusinya adalah dengan mengarahkan perundingan ke arah yang dapat disepakati, bukan dengan menghindar; mengurangi besarnya tekanan yang ditimbulkannya, karena seringkali sulit menghilangkan impactnya. Cara ini dipandang lebih fair dibanding argumentasi panjang tanpa arah argumentasi yang jelas.

Bagi sisi yang kuat argumentasi sebabnya, anda dapat memimpin argumentasi dengan peluang kemenangan yang lebih besar, memiliki daya tawar yang lebih kuat; hasil akhir sangat ditentukan obyektif dari suatu proses argumentasi ybs.

Contoh kongkrit dari hubungan sebab akibat yang sederhana adalah sbb:
Anak saya pernah diajari cara membaca yang benar supaya mata tidak rusak, yakni membaca sambil duduk, tidak boleh tiduran; suatu hari dia melihat saya baca sambil tiduran, dia lalu berkata “Papa, jangan baca sambil tiduran nanti matanya rusak”. Serta merta saya duduk karena dia merujuk pada SEBAB bukan akibat. Dalam situasi ini Saya selaku ayah berada dipihak yang lemah, itu sebabnya menuruti kata-kata anak kecil sekalipun menjadi konsekuensi yang logis.

Contoh lain dengan situasi yang berbeda adalah sebagai berikut:
Salah seorang rekan kerja beralasan dan berputar-putar perihal penjelasan tidak terselasaikannya suatu pekerjaan; cara yang tidak akan berhasil guna karena alasan adalah akibat; akan berbeda apabila sebab yang dikemukakan dengan baik dan benar, misalnya pada proses yang diluar kontrol yang menyebabkan tertundanya pekerjaan.

Menguasai konsep sebab akibat ini hanya akan menjamin efektivitas pembicaraan, posisi tawar terkadang dapat dikompromikan, namun kenyataan tidak selalu benar adanya.

Dalam perencanaan taktik dan strategi, ada baiknya akibat yang merugikan diminimalkan dan sebab yang menguntungkan diperjuangkan dengan kegiatan-kegiatan yang tepat untuk menghasilkan akibat-akibat yang baik sesuai dengan keinginan.

Untuk tanggapan, saran, dan komentar, hubungi kiki.wibowo@gmail.com

Eagerness to Change Version 2.0

Keinginan Berubah

Catatan Penulis:
Setelah mendapat masukan dari beberapa rekan, judul yang sama ditulis dengan gaya bahasa yang mudah dimengerti ditambah dengan beberapa contoh untuk memberikan pengertian bagian tertentu yang dirasa perlu.


Banyak versi tulisan dengan topik yang sama, Change – berubah, banyak aspek pernah ditulis orang; tulisan ini barangkali bisa sebagai pelengkap kalau bukan tambahan.

Berubah saya artikan menjalankan segala sesuatu yang berbeda dari kondisi sebelumnya dengan tujuan menghasilkan sesuatu yang lebih baik di masa yang akan datang.

Contoh mudahnya: kalau ditugasi membersihkan dan menyapu halaman misalnya, hari pertama lakukan dari kiri ke kanan, semua daun, debu dan sampah dikumpulkan didekat pintu; hari kedua, mulailah berpikir cara yang lebih mudah, cepat, dan praktis untuk menyapu halaman yang sama, dari belakang ke depan, semua daun, debu, dan sampah dikumpulkan di sisi pagar berjajar baru dikumpulkan. Hanya dalam dua hari saja halaman sudah disapu dengan dua cara berbeda, hari berikutnya dapat menggunakan salah satu cara di atas atau mencoba cara baru lainnya dan seterusnya untuk mencapai hasil yang optimal paling bersih, paling cepat, paling mudah.

Pola tindakan di atas dapat melatih pola pikir dan kebiasaan baik untuk selalu mencoba cara terbaik, tercepat, termudah untuk mencapai tujuan yang sama; melatih diri untuk terbiasa pada perubahan.

Aspek perubahan terbagi menjadi dua jenis “controlable” dan “uncontrolable”, faktor yang controlable lebih kepada aspek internal dari pribadi, ini yang akan disorot; sisanya adalah aspek eksternal yang mempengaruhi diri pribadi namun sulit dikendalikan.

Contoh dari aspek internal pribadi adalah: keinginan untuk maju, keinginan bersaing dan lebih baik dari orang lain, aspek “malas”? (Malas di sini adalah malas untuk melakukan hal yang sama atau monoton berulang-ulang dalam waktu yang lama tanpa berubah) atau memikirkan cara lain yang lebih praktis, mudah, murah, cepat, dll namun dengan hasil yang sama atau bahkan lebih baik.

Contoh dari aspek eksternal adalah kondisi lingkungan, pergaulan, rekan kerja, dst.
Dalam banyak kejadian, beberapa rekan atau teman dekat sering berpendapat yang menurunkan semangat, pesimistis, dan bertolak belakang dengan pendapat dengan diri kita. Kecenderungan pengaruh luar ini terkadang bersifat kebalikan dari contoh aspek internal di atas, akibatnya mengikuti arus menjadi pilihan; ini kalau pikiran kita kurang teguh atau terbawa lingkungan.

Kunci mengendalikan diri menyongsong perubahan adalah menempatkan diri dengan baik dan benar; istilahnya Positioining sambil terus mencari peluang dan kesempatan maju.

Mengendalikan diri berarti mengendalikan emosi untuk tidak terpengaruh suara-suara lain yang terkadang melemahkan semangat mencoba.
Saya berkeyakinan apabila upaya mencari peluang dan kesempatan dilakoni dengan sungguh-sungguh, niscaya kesempatan baik akan datang (dengan catatan: pola pikir kita dipacu untuk dilatih dengan pola pikir seperti contoh menyapu halaman di atas). Pada saat ada kesempatan datang, hendaknya tidak disia-siakan; mengetahui dengan sadar bahwa kesempatan atau saatnya telah tiba merupakan satu kelebihan yang tidak akan diberikan secara cuma-cuma tanpa upaya membiasakan diri dengan terobosan-terobosan.

Tips yang dapat dibagikan di sini diantaranya:
- Meningkatkan dan mempertahankan semangat positif termasuk awareness dalam memahami peran dan tindakan yang dibutuhkan; silakan baca: The Art of Awaken Awareness; memahami peran membantu mengisi kebutuhan kemampuan yang diperlukan saat ini, otomatis membantu membuka kesempatan baru dalam rangka berubah ke posisi atau tujuan yang lebih baik.

- Memberikan yang terbaik sebagai bentuk Respect & Care (Hormat & Perhatian) terhadap kemajuan diri pribadi – menjadi profil pribadi yang dicita-citakan. Dalam beberapa kesempatan semasa kuliah, beberapa teman dekat berikrar di awal semester perkuliahan bahwa ”Semester ini saya akan lebih baik...”. Survey membuktikan mereka tidak lebih baik dari yang diirarkan, sampai akhirnya di semester ke sekian, kembali ikrar itu dikatakan dikalangan sesama mahasiswa. Pada saat itu ada secara bercanda ada yang berkomentar ”kasih bukti dong bukan janji... jangan dibalik”
Nah dari contoh sederhana ini, memberikan bukti bahwa kita akan lebih baik mulai hari ini sebaiknya dipandang sebagai salah satu cara untuk memberikan penghargaan terhadap diri pribadi; dalam pendidikan moral sering dikatakan hormatilah dahulu orang lain sebelum dihormati, namun dalam tulisan ini sedikit diplesetkan menjadi ”hormatilah dulu diri sendiri, mudah-mudahan nanti bisa menghormati orang lain untuk akhirnya dihormati...”

- Menjadi teladan bagi diri pribadi, menampilkan prestasi terbaik sebagai persiapan menjadi pribadi yang memiliki Influence (pengaruh); penghargaan dalam bentuk Trust (kepercayaan) akan menjadi milik anda sebagai langkah selanjutnya menuju tangga kesuksesan.
Seperti diungkapkan dalam contoh menyapu halaman di atas, suatu hari dalam kesempatan hidup diandaikan kita memiliki kesempatan memimpin satu atau beberapa orang di bawah pengawasan kita, pada saat itulah keterbiasaan akan pola pikir yang senantiasa berubah mendatangkan manfaat. Bagaimana manfaatnya?
Anak didik atau anak buah akan dapat kita bimbing bahkan kita tunjukkan kelebihan/ kekurangannya karena beberapa cara alternatif yang dilakukan pernah menjadi pengalaman pribadi sewaktu menjalankannya sendiri. Dengan cara ini selain siap berubah, juga dapat menjadi pemimpin yang mampu memberikan keteladanan yang baik.

Keinginan berubah yang selalu didasari keinginan untuk selalu maju, berkembang dan berperngalaman menjadi lebih baik memberikan kesempatan belajar yang terbuka lebar menjadi profil yang berperformansi tinggi.
Apakah ciri orang yang layak disebut berperformansi tinggi? Saya berpendapat bahwa orang tersebut harus mampu memberikan kontribusi segala situasi, minimal dengan memberikan ide dasar untuk memacu (baca: memprovokasi secara positif) ide-ide brilian lainnya. Ini hanya akan tercapai apabila pola pikir telah dipersiapkan dengan tindakan nyata, memulainya sangat mudah dalam segala aspek hidup termasuk mengubah jam berangkat ke kantor (dengan berangkat lebih pagi), mengambil rute perjalanan yang berbeda, mencari tempat makan yang berbeda, mengusulkan cara-cara baru dalam menyelesaikan masalah rutin, hingga berpikir kreatif bagaimana menghasilkan output yang sama atau lebih baik dengan cara-cara baru yang lebih mudah, praktis, dan cepat.

Dalam perjalanan berikutnya, saran, kritik, dan bahkan pujian seyogyanya diterima dengan lapang dada. Tidak terlalu bangga kalau dipuji dan tidak sakit hati kalau dikritik dan dicela. Keahlian dalam mengatur kestabilan emosi memberikan nilai tambah besar dalam mengatasi tantangan dalam proses perubahan.
Adakalanya keberhasilan dihargai dengan baik atau malah masih dicerca karena kurang efisien. Kalimat awal dalam paragraf ini berpesan untuk selalu mawas diri tidak cepat puas walaupun sudah berpikir dengan cara terbaik pada saat melaksanakan satu tugas/ pekerjaan. Selalu berpikir untuk mengubah cara terobosan tanpa terlalu mengkhawatirkan pujian atau cercaan yang bakal diterima akan mempertajam dan membiasakan kemampuan berubah.

Mudah-mudahan versi ini dapat melengkapi versi sebelumnya dengan beberapa contoh.

Seandainya ada komentar dan masukan, saya dapat dihubungi di email: kiki.wibowo@gmail.com

End of Blog