Monday, 25 June 2007

Minimizing Self Constraints for Success - Version 1.0

Meminimalisasi Penghambat Pribadi Untuk Sukses

Note: Tulisan ini dimuat di salah satu buletin perusahaan farmasi di jakarta

Ide judul tulisan ini tertangkap pada suatu pagi ketika dalam perjalanan memulai aktivitas rutin; salah satu radio di Jakarta mengumandangkan pentingnya semangat dan kendali emosi. Bagi penulis, ini dipersepsikan sebagai konsep kontol terhadap parameter diri.

Inti tulisan ini membicarakan cara pandang, kacamata pandang yang akan diungkap menyoroti konteks parameter diri pribadi sebagai parameter yang controllable (dapat dikendalikan).

Sukses dipersepsikan sebagai akibat positif dari sebab-sebab positif yang menempel erat pada diri seseorang. Salah satu sebab positif yang mendasar adalah keinginan untuk maju, salah satu faktor dalam yang senantiasa dipengaruhi lingkungannya.

Secara umum, lingkungan yang negatif akan berpengaruh terhadap kemajuan dalam proses pengkayaan pengalaman dan mencapai kesuksesan; inilah fokus tulisan ini. Dalam prakteknya ada jenis pribadi (tidak tercakup di sini) yang justru tertantang untuk berprestasi dalam lingkungan yang kurang kondusif sekalipun.

Sehubungan dengan fokus bahasan maka: Apabila self-constrains – hambatan pribadi dapat diatasi, jalan menuju sukses akan lebih lapang, secara tidak langsung akan mengeliminir pengaruh negatif lingkungan.

Berbicara tentang self constrains, terminologi ini akan menjadi karakteristik unik dan spesifik bagi satu individu dengan individu yang lainnya.

Beberapa contoh parameter diri yang menjadi constrains (penghambat), dalam mencapai kesuksesan, diantaranya:

  • Pola pikir (mindset) negatif – segala pemikiran negatif akan berbuah negatif.
  • Semangat & etos kerja yang buruk – gejala yang umum terlihat adalah bekerja dengan sikap menunggu & pasif, menanti hari gajian namun bekerja sebatas ”asal jadi”, menyerah pada keadaan tanpa berpikir atau bertindak positif.
  • Kemampuan dan kemauan pengembangan diri yang terbatas – rasa cepat puas atau akibat tekanan lingkungan & budaya sekitar membuat kebiasaan baik terkikis.
  • Kurang keberanian – takut untuk bertanya, mengklarifikasi dan atau membuat justifikasi termasuk lari dari tanggung jawab atau enggan mengambil keputusan.
  • Ketidakmampuan – umumnya terjadi karena kurang mendapat (termasuk: tidak mencari/ menciptakan/ membaca) kesempatan; sikap berlebihan yang dipertontonkan dalam menanggapi satu masalah, termasuk diantaranya ketidakmampuan mengutarakan atau mengeksekusi buah pikiran menjadi tindakan nyata.
  • Minimnya pengaruh pada lingkungan – seseorang senantiasa memiliki peran dalam lingkungannya. Besar kecilnya peran seseorang diukur dari seberapa banyak buah pikir dan usulan yang dapat diterima lingkungannya untuk dijadikan pertimbangan dalam membuat keputusan akhir
  • Sifat (kecenderungan) ego yang tinggi – kurang berimbangnya keputusan/ tindakan yang diambil dalam mewakili kepentingan personal dan profesional dapat menanamkan benih-benih hambatan pada kesuksesan. Contoh nyata yang sering terlihat adalah timbulnya aroganisme yang disertai emosi yang kurang terkendali. Tidak jarang, sikap ini juga mencerminkan ukuran kapasitas atau kemampuan menempuh tantangan. Semakin besar kapasitas emosional seseorang, semakin baik kemampuannya meredam ego.
  • Tidak berpendirian – berupaya menyenangkan semua orang dengan segala cara dapat mengundang masalah di akhir cerita. Ketika benturan kepentingan terjadi, sikap ini sukar dipertahankan serta kurang mencerminkan kapasitas dan kualitas yang berkecukupan untuk meraih kesuksesan.
  • Niat dan prasangka negatif – sesuatu yang sulit diukur namun merupakan buah pemikiran yang terkadang menghasilkan persepsi-persepsi yang berpengaruh pada kemajuan karir seseorang.
  • Kenyamanan – hidup yang menyenangkan secara berkesinambungan membentuk suatu keengganan, kegelisahan, dan ketidakserasian dalam berubah menaklukkan tantangan berbeda dalam hidup. Merasa aman dengan kondisi yang nyaman akan melenakan dan menurunkan kewaspadaan.

Dari pengalaman dan pengamatan, beberapa karakter yang dapat mendukung kemajuan karir (terlepas dari peran, jabatan, dan pengaruh seseorang) adalah karakter yang terbuka, bersahabat & mudah bergaul, helpfull, informatif, dan tidak membeda-bedakan karakter dan status individu serta mengenali kapasitas lingkungannya, namun dibalik itu semua, berprinsip, berkepribadian, memiliki visi dan mampu mengeksekusi serta memberikan penjelasan logis dan justifikasi yang dapat diterima akal sehat menjadi modal dasar tambahan untuk meningkatkan peluang kesuksesan. Kemampuan beradaptasi seiring perubahan yang terus menerus memberikan kontribusi yang signifikan pada kemajuan dan pengkayaan pengalaman.

Berikut ini beberapa tips-sharing berkenaan dengan kiat mengatasi tekanan lingkungan namun konsisten pada pengembangan sikap dan cara pandang positif dalam ”Meminimalisasi Penghambat Pribadi Untuk Sukses”.

Bersemangat, sebuah kata kerja yang mudah untuk dimiliki namun sulit dipertahankan. Tantangannya adalah: bagaimana mempertahankan semangat positif? Jawabnya adalah: selalu memotivasi diri dan mengingat tujuan serta membayangkan kesuksesan. Bersesuaian dengan hukum aksi reaksi: “apapun yang ditanam adalah yang bakal dituai di hari depan”

Suasana hati yang terkadang baik tatkala senang atau buruk disaat lainya saat menghadapi masalah seyogyanya dipandang sebagai sesuatu yang manusiawi, tidak perlu mempengaruhi roda kehidupan secara umum, terlebih lagi semangat menggapai cita-cita.

Kemampuan mengatasi naik turunnya suasana hati mencerminkan kapasitas diri menangani masalah; kapasitas disini memiliki konteks “kemampuan” untuk sukses.

Berusaha, kata kerja kedua, tolok ukurnya adalah “lebih dari orang lain” bukan hanya kuantitas tapi juga kualitas. Berusaha dengan bantuan pemikiran yang keras secara gamblang akan mempertontonkan perbedaan hasil yang diperoleh; secara otomatis upaya ini akan menunjang keberhasilan. Menjalankan proses dengan memberikan yang terbaik yang ada dalam diri mencirikan kemampuan berusaha yang baik.

Salah satu ciri kapasitas yang tinggi adalah daya tahan pada stress dan pantang menyerah terhadap tantangan dan hambatan luar. Tantangan dari luar adalah parameter yang tidak dapat dikendalikan, mengerahkan energi untuk meniadakan tantangan dan gangguan luar merupakan pemborosan energi, yang hanya mendatangkan kesia-siaan. Hadapilah semua tantangan sebagai salah satu kesempatan pembelajaran dengan berusaha sebaik-baiknya; berfokus pada parameter diri untuk mengkondisikan lingkungan menjadi lebih bersahabat adalah satu cara efektif yang membutuhkan keuletan berusaha.

Berubah, kata kerja berikutnya, dapat diartikan sebagai kemampuan mengembangkan kapasitas, beradaptasi, mengatasi dan menaklukkan tantangan demi tantangan; bangkit dari kegagalan dan kembali berusaha dengan cara berbeda juga termasuk diantaranya.

Kemampuan berubah mencerminkan kreativitas. Hambatan yang silih berganti memberikan pelatihan terselebung menjalankan berbagai variasi situasi dan kondisi yang menunjang proses pematangan.

Pemikiran serius (berpikir keras) untuk mendapatkan solusi terbaik diiringi dengan kemampuan memanfaatkan situasi selayaknya menjadi salah satu kiat dalam menjalani proses mengejar kesuksesan.

Bertujuan, semua kata kerja di atas idealnya dilandasi visi dan misi sukses yang lugas. Tanpa tujuan atau obyektif yang jelas, semua yang dicita-citakan atau sukses yang diimpikan tidak akan terlihat, menjauh, atau berjalan di tempat.

Cita-cita menduduki/ memiliki pengaruh yang besar termasuk jabatan tinggi merupakan harapan yang baik namun akan jauh lebih baik apabila pola pikir pribadi telah dilatih jauh hari sebelum cita-cita tercapai, artinya kapasitas mendahului pencapaian kesuksesan. Jauhkanlah pemikiran ”bagaimana nanti...!”, kembangkanlah hari ini juga jawaban untuk pertanyaan ”Nanti bagaimana?”

Harapan besar penulis agar pembaca sharing ini mendapat inspirasi untuk mempercepat proses meminimalkan penghambat pribadi dalam mencapai kesuksesan.

Penulis, Kiki Wibowo, berdomisili di Jakarta, merupakan salah satu pengurus Ikatan Alumni Teknik Elektro Maranatha – Bandung sejak tahun 2005, mengepalai bidang non-teknis. Karir profesionalnya sebagai salah seorang manager ditempuh pada salah satu perusahaan swasta di Indonesia.

Yang bersangkutan dapat dihubungi melalui email: kiki.wibowo@gmail.com; sharing serupa dengan topik berbeda dapat juga ditemui di http://kikiwibowo.blogspot.com - KW

Sunday, 6 May 2007

The Art of Convincing Others - Version 2.0

Seni mempengaruhi Orang

Catatan Penulis:
Setelah mendapat masukan dari beberapa rekan, judul yang sama ditulis dengan gaya bahasa yang mudah dimengerti ditambah dengan beberapa contoh untuk memberikan pengertian bagian tertentu yang dirasa perlu.


Sebelum diterjemahkan secara bebas, seni mempengaruhi orang ini selayaknya dipergunakan untuk tujuan yang saling menguntungkan semua pihak, tidak hanya kepentingan pribadi atau sepihak.

Pada tulisan Career Life Cycle, dituliskan bahwa pengaruh adalah sesuatu yang dibangun; kemampuan mempengaruhi orang lain adalah hasilnya yang merupakan konsekuensi logis dari proses pembelajaran tsb.

Apa sih pengaruh itu?
Pengaruh adalah kumpulan ide yang dilaksanakan dalam tindakan nyata karena dipercaya banyak orang sebagai ide yang benar dan baik apabila dijalankan.

Contohnya?
Menyuntikkan ide kepada rekan-rekan kerja untuk memulai ”English Day” di salah satu hari kerja dengan tujuan memperlancar keahlian berkomunikasi dalam bahasa Inggris untuk menunjang kemajuan karir. Ide ini diterima dan dilaksanakan awalnya dengan konsistensi seadanya, namun dengan dorongan, teladan dan praktek yang terus menerus pada akhirnya program ini dapat dijalankan dengan nilai cukup.

Contoh di atas adalah salah satu ide yang mampu mengkondisikan lingkungan dalam mengkondisikan diri menjadi pribadi yang berpengaruh. Tentu saja hanya dengan satu ide yang berhasil tidak otomatis membuat seseorang berpengaruh. Oleh sebab itu mengemukakan ide positif secara terus menerus membantu membangkitkan pengaruh dalam lingkungan sekitar. Inilah yang disebut membangun pengaruh.

Membangun pengaruh dengan mengkondisikan lingkungan memiliki tantangan tersendiri. Pengaruh akan datang dan pergi seiring dengan level tindakan, pikiran, dan ucapan yang diperlihatkan dalam keseharian. Pengaruh tidak datang dalam waktu singkat tapi besar kemungkinan akan pergi dalam sekejap oleh setitik ketidak serasian tindakan, pikiran atau ucapan.

Mempengaruhi orang untuk sependapat, mendukung, hingga sepenuh hati menjalankan tujuan bersama membutuhkan ketulusan, komunikasi yang baik, serta tujuan akhir yang benar untuk kepentingan dan kemajuan bersama.

Salah satu action item untuk mendapatkan kesepakatan banyak orang adalah dengan mengemukakan itikad baik, konsep yang didukung logika yang benar, mewakili kebenaran dan kepentingan banyak orang, memperjuangkan kemajuan.

Kalau begitu tentunya seseorang yang memperjuangkan kemampuan mempengaruhi orang lain wajib memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, dapat melihat masalah dari berbagai sudut pandang, memiliki pengetahuan dan informasi yang memadai, serta membangun pengaruh.

Semua kemampuan di atas sudah barang tentu memerlukan proses pembelajaran yang berkesinambungan dengan penuh semangat dan senantiasa dapat mempraktekkan kemampuan berubah – baca artikel Eagerness to Change.

Di luar ini, kesepahaman akan mudah tercemari dengan pengaruh lain dengan arah dan hasil yang bervariasi.
Seseorang sebagai pribadi tidak mungkin dapat menyenangkan semua orang, pastilah ada satu atau beberapa orang yang tidak menyenangi cara atau pendekatan yang dilakukan, salah satu penyebabnya adalah kacamata pandang yang berbeda, agenda yang berbeda, atau arah dan visi yang berbeda. Hal ini merupakan kelumrahan yang manusiawi. Adalah penting bagi semua orang yang hendak membangun pengaruh untuk tetap mewaspadai hal-hal yang tidak mengarah pada apa yang diinginkan.

Mempengaruhi orang di sekitar kita juga memberikan arti pentingnya energi yang dicurahkan kepada lingkungan sekitar; besarnya energi yang dicurahkan kepada lingkungan sekitar menunjukkan berapa besar perhatian dan pengaruh yang ditebarkan.
Memang benar hasil adalah sesuatu yang di luar kontrol, namun pengaruh positif akan menghasilkan sesuatu yang positif, selayaknya hukum aksi reaksi.

Yang dimaksudkan dengan energi dalam bentuk nyata dapat dilaksanakan dengan bekerja dengan baik, berkomunikasi dengan baik, beritikad baik, yang secara terus menerus ditebarkan kepada lingkungan sekitar, niscaya anda akan mendapatkan pengaruh yang berkecukupan untuk meyakinkan orang.

Untuk tanggapan, saran, dan komentar, hubungi kiki.wibowo@gmail.com

Phylosophy of Things a Correlation of Cause – Consequences Version 2.0

Filosofi Tentang Banyak Hal – sebuah korelasi dari sebab – akibat

Catatan Penulis:
Setelah mendapat masukan dari beberapa rekan, judul yang sama ditulis dengan gaya bahasa yang mudah dimengerti ditambah dengan beberapa contoh untuk memberikan pengertian bagian tertentu yang dirasa perlu.


Terdengar sederhana korelasi antara sebab dan akibat ini; akibat adalah konsekuensi logis dari suatu sebab. Ini berlaku untuk kejadian yang telah terjadi. Untuk perencanaan, beberapa akibat dapat dianalisa sebagai bagian dari perencanaan. Hal ini termasuk juga dalam manajemen resiko.

Disini, penulis memiliki keyakinan, setelah melihat dan mengamati banyak kejadian; suatu kejadian dapat dikaitkan sebagai konsekuensi dari beberapa tindakan sebelumnya. Contoh sederhana: mengapa seseorang dalam ujian mendapat nilai buruk? Logisnya bisa dijawab: bagaimana prestasi kesehariannya? Apakah dia termasuk yang aktif di kelas? Apakah dia sering mengulang pelajarannya? Apakah dia sakit pada saat ujian? Dan seterusnya...
Yang jelas, nilai ujian adalah akibat, salah satu jawaban pertanyaan-pertanyaan di atas adalah sebab.

Yang dibahas di sini adalah seni mengkorelasikan sebab dan akibat dalam konteks proses argumentasi. Bagaimana memimpin argumentasi di saat posisi kuat dan menetralkan situasi dengan bernegosiasi saat kondisi lemah.

Dalam beberapa kesempatan berargumentasi, memberikan justifikasi, atau pertengkaran sekalipun selalu ada topik utama yang dibicarakan. Selain strategi untuk menghadapi event tersebut masih ada beberapa pertimbangan penting yang menentukan kemungkinan hasil akhir, misalnya awal penyebab masalah yang timbul menjadi kunci akibat yang diperdebatkan.

Contoh: Apabila ada seorang murid yang orang tuanya dipanggil karena sering dilaporkan tidak membuat pekerjaan rumah setiap hari senin, maka beberapa penyebab yang dapat dianalisa adalah apakah murid yang bersangkutan selalu over aktif di akhir pekan sehingga tidak punya waktu tersisa untuk mengerjakan tugas hari senin, lainnya apakah pola mengerjakan pekerjaan rumahnya benar? Atau apakah konsentrasi belajar dan kegiatan lain berimbang, dst... Dari jawaban pertanyaan yang diajukan tentunya sudah dapat diramalkan arah dan jalannya pertemuan orang tua murid dengan guru tersebut.

Pertemuan yang diramalkan akan berjalan mulus akan meleset apabila jawaban dari beberapa pertanyaan mendasar tentang penyebab kejadian tersebut tidak terjawab dengan baik, bahkan ada kemungkinan pertemuan ini menjadi sengit atau hanya berakhir dengan kesepakatan mencari penyebab masalah yang dibicarakan.

Konsep sebab akibat menawarkan pola pikir yang sederhana namun efektif untuk mengetahui akar permasalahan dan menghindari argumentasi berkepanjangan.

Efektivitas dalam berargumentasi ditentukan oleh seberapa besar kapasitas lawan bicara kita dalam menerima serta mengolah informasi. Kapasitas besar dapat diartikan memiliki awareness dan logika yang diterapkan dalam argumentasi yang rasional menguasai pokok pembicaraan.

Adakalanya seseorang disebut “pintar berargumentasi”, pandai memutar balikkan fakta, berkata-kata dengan efektif. Berbicara dengan lawan bicara dengan kemampuan ini akan mudah apabila disisi lain diri kita memiliki kemampuan yang berimbang. Masalah akan timbul di pihak kita apabila argumentasi yang diutarakan selalu dapat dimentahkan dengan kepiawaian lawan bicara.

Dibawah ini adalah sharing mengenai cara-cara atau strategi sederhana yang dapat dipergunakan untuk mempersingkat argumentasi:

Inti konsep sebab akibat adalah: ”berargumentasilah selama yang dirujuk lawan bicara adalah akibat (konsekuensi logis) dari suatu sebab, namun tunduklah pada kebenaran yang logis apabila yang dirujuk adalah sebab yang menghasilkan akibat sebagai konsekuensi logisnya”

Dari contoh pertemuan orang tua murid dan guru pembimbing disekolah misalnya: guru pembimbing yang bijak dapat membeberkan fakta prestasi anak didiknya dengan memperlihatkan catatan tugas yang tidak dikumpulkan tepat waktu, kemudian disimpulkan dengan keterangan bahwa kecenderungan kelalaian tugas terjadi pada hari Senin. Di sisi lain orang tua murid yang bijaksana akan mendengarkan dengan seksama sambil mempersiapkan sebab-sebab yang selayaknya dapat dijelaskan dengan mudah untuk mempersingkat acara pertemuan dan menghasilkan pertemuan yang efektif.

Cara lain yang kurang bijaksana adalah dengan mulai menyalahkan anak kandung mereka dengan tidak mempedulikan penyebab atau mencari tahu kemungkinan penyebab. Sikap protektif dari orang tua murid juga akan turut memperburuk situasi. Sebagai guru pembimbing, kemampuan memberikan penjelasan yang masuk akal dan membeberkan tujuan pertemuan demi kebaikan bersama harus dikomunikasikan dengan baik.

Apabila salah satu atau kedua pihak dapat menerima dengan baik penjelasan sebab akibat, pertemuan akan bermutu dan berakhir dengan kesepakatan yang baik. Sebaliknya apabila hubungan sebab akibat tidak diperhatikan dengan baik, kecenderungan berputar di sisi akibat dan mengaburkan obyektif pertemuan yang sesungguhnya.
Langkah mana yang akan ditempuh akan menentukan efektif atau tidaknya pertemuan tersebut.

Melanjutkan pembahasan dalam suatu perdebatan, pada saat lawan bicara mengajukan akibat untuk diperdebatkan, anda dapat mengajukan akibat lain sebagai kemungkinan tandingan; namun tidak demikian pada saat lawan bicara anda merujuk pada sebab yang benar. Jika itu yang terjadi carilah obyek lain untuk diargumentasikan atau mengambil jalan tengah dalam kompromi.

Dimanakah kekuatan konsep ini bagi yang berada di sisi lemah? Salah satu pendekatan solusinya adalah dengan mengarahkan perundingan ke arah yang dapat disepakati, bukan dengan menghindar; mengurangi besarnya tekanan yang ditimbulkannya, karena seringkali sulit menghilangkan impactnya. Cara ini dipandang lebih fair dibanding argumentasi panjang tanpa arah argumentasi yang jelas.

Bagi sisi yang kuat argumentasi sebabnya, anda dapat memimpin argumentasi dengan peluang kemenangan yang lebih besar, memiliki daya tawar yang lebih kuat; hasil akhir sangat ditentukan obyektif dari suatu proses argumentasi ybs.

Contoh kongkrit dari hubungan sebab akibat yang sederhana adalah sbb:
Anak saya pernah diajari cara membaca yang benar supaya mata tidak rusak, yakni membaca sambil duduk, tidak boleh tiduran; suatu hari dia melihat saya baca sambil tiduran, dia lalu berkata “Papa, jangan baca sambil tiduran nanti matanya rusak”. Serta merta saya duduk karena dia merujuk pada SEBAB bukan akibat. Dalam situasi ini Saya selaku ayah berada dipihak yang lemah, itu sebabnya menuruti kata-kata anak kecil sekalipun menjadi konsekuensi yang logis.

Contoh lain dengan situasi yang berbeda adalah sebagai berikut:
Salah seorang rekan kerja beralasan dan berputar-putar perihal penjelasan tidak terselasaikannya suatu pekerjaan; cara yang tidak akan berhasil guna karena alasan adalah akibat; akan berbeda apabila sebab yang dikemukakan dengan baik dan benar, misalnya pada proses yang diluar kontrol yang menyebabkan tertundanya pekerjaan.

Menguasai konsep sebab akibat ini hanya akan menjamin efektivitas pembicaraan, posisi tawar terkadang dapat dikompromikan, namun kenyataan tidak selalu benar adanya.

Dalam perencanaan taktik dan strategi, ada baiknya akibat yang merugikan diminimalkan dan sebab yang menguntungkan diperjuangkan dengan kegiatan-kegiatan yang tepat untuk menghasilkan akibat-akibat yang baik sesuai dengan keinginan.

Untuk tanggapan, saran, dan komentar, hubungi kiki.wibowo@gmail.com

Eagerness to Change Version 2.0

Keinginan Berubah

Catatan Penulis:
Setelah mendapat masukan dari beberapa rekan, judul yang sama ditulis dengan gaya bahasa yang mudah dimengerti ditambah dengan beberapa contoh untuk memberikan pengertian bagian tertentu yang dirasa perlu.


Banyak versi tulisan dengan topik yang sama, Change – berubah, banyak aspek pernah ditulis orang; tulisan ini barangkali bisa sebagai pelengkap kalau bukan tambahan.

Berubah saya artikan menjalankan segala sesuatu yang berbeda dari kondisi sebelumnya dengan tujuan menghasilkan sesuatu yang lebih baik di masa yang akan datang.

Contoh mudahnya: kalau ditugasi membersihkan dan menyapu halaman misalnya, hari pertama lakukan dari kiri ke kanan, semua daun, debu dan sampah dikumpulkan didekat pintu; hari kedua, mulailah berpikir cara yang lebih mudah, cepat, dan praktis untuk menyapu halaman yang sama, dari belakang ke depan, semua daun, debu, dan sampah dikumpulkan di sisi pagar berjajar baru dikumpulkan. Hanya dalam dua hari saja halaman sudah disapu dengan dua cara berbeda, hari berikutnya dapat menggunakan salah satu cara di atas atau mencoba cara baru lainnya dan seterusnya untuk mencapai hasil yang optimal paling bersih, paling cepat, paling mudah.

Pola tindakan di atas dapat melatih pola pikir dan kebiasaan baik untuk selalu mencoba cara terbaik, tercepat, termudah untuk mencapai tujuan yang sama; melatih diri untuk terbiasa pada perubahan.

Aspek perubahan terbagi menjadi dua jenis “controlable” dan “uncontrolable”, faktor yang controlable lebih kepada aspek internal dari pribadi, ini yang akan disorot; sisanya adalah aspek eksternal yang mempengaruhi diri pribadi namun sulit dikendalikan.

Contoh dari aspek internal pribadi adalah: keinginan untuk maju, keinginan bersaing dan lebih baik dari orang lain, aspek “malas”? (Malas di sini adalah malas untuk melakukan hal yang sama atau monoton berulang-ulang dalam waktu yang lama tanpa berubah) atau memikirkan cara lain yang lebih praktis, mudah, murah, cepat, dll namun dengan hasil yang sama atau bahkan lebih baik.

Contoh dari aspek eksternal adalah kondisi lingkungan, pergaulan, rekan kerja, dst.
Dalam banyak kejadian, beberapa rekan atau teman dekat sering berpendapat yang menurunkan semangat, pesimistis, dan bertolak belakang dengan pendapat dengan diri kita. Kecenderungan pengaruh luar ini terkadang bersifat kebalikan dari contoh aspek internal di atas, akibatnya mengikuti arus menjadi pilihan; ini kalau pikiran kita kurang teguh atau terbawa lingkungan.

Kunci mengendalikan diri menyongsong perubahan adalah menempatkan diri dengan baik dan benar; istilahnya Positioining sambil terus mencari peluang dan kesempatan maju.

Mengendalikan diri berarti mengendalikan emosi untuk tidak terpengaruh suara-suara lain yang terkadang melemahkan semangat mencoba.
Saya berkeyakinan apabila upaya mencari peluang dan kesempatan dilakoni dengan sungguh-sungguh, niscaya kesempatan baik akan datang (dengan catatan: pola pikir kita dipacu untuk dilatih dengan pola pikir seperti contoh menyapu halaman di atas). Pada saat ada kesempatan datang, hendaknya tidak disia-siakan; mengetahui dengan sadar bahwa kesempatan atau saatnya telah tiba merupakan satu kelebihan yang tidak akan diberikan secara cuma-cuma tanpa upaya membiasakan diri dengan terobosan-terobosan.

Tips yang dapat dibagikan di sini diantaranya:
- Meningkatkan dan mempertahankan semangat positif termasuk awareness dalam memahami peran dan tindakan yang dibutuhkan; silakan baca: The Art of Awaken Awareness; memahami peran membantu mengisi kebutuhan kemampuan yang diperlukan saat ini, otomatis membantu membuka kesempatan baru dalam rangka berubah ke posisi atau tujuan yang lebih baik.

- Memberikan yang terbaik sebagai bentuk Respect & Care (Hormat & Perhatian) terhadap kemajuan diri pribadi – menjadi profil pribadi yang dicita-citakan. Dalam beberapa kesempatan semasa kuliah, beberapa teman dekat berikrar di awal semester perkuliahan bahwa ”Semester ini saya akan lebih baik...”. Survey membuktikan mereka tidak lebih baik dari yang diirarkan, sampai akhirnya di semester ke sekian, kembali ikrar itu dikatakan dikalangan sesama mahasiswa. Pada saat itu ada secara bercanda ada yang berkomentar ”kasih bukti dong bukan janji... jangan dibalik”
Nah dari contoh sederhana ini, memberikan bukti bahwa kita akan lebih baik mulai hari ini sebaiknya dipandang sebagai salah satu cara untuk memberikan penghargaan terhadap diri pribadi; dalam pendidikan moral sering dikatakan hormatilah dahulu orang lain sebelum dihormati, namun dalam tulisan ini sedikit diplesetkan menjadi ”hormatilah dulu diri sendiri, mudah-mudahan nanti bisa menghormati orang lain untuk akhirnya dihormati...”

- Menjadi teladan bagi diri pribadi, menampilkan prestasi terbaik sebagai persiapan menjadi pribadi yang memiliki Influence (pengaruh); penghargaan dalam bentuk Trust (kepercayaan) akan menjadi milik anda sebagai langkah selanjutnya menuju tangga kesuksesan.
Seperti diungkapkan dalam contoh menyapu halaman di atas, suatu hari dalam kesempatan hidup diandaikan kita memiliki kesempatan memimpin satu atau beberapa orang di bawah pengawasan kita, pada saat itulah keterbiasaan akan pola pikir yang senantiasa berubah mendatangkan manfaat. Bagaimana manfaatnya?
Anak didik atau anak buah akan dapat kita bimbing bahkan kita tunjukkan kelebihan/ kekurangannya karena beberapa cara alternatif yang dilakukan pernah menjadi pengalaman pribadi sewaktu menjalankannya sendiri. Dengan cara ini selain siap berubah, juga dapat menjadi pemimpin yang mampu memberikan keteladanan yang baik.

Keinginan berubah yang selalu didasari keinginan untuk selalu maju, berkembang dan berperngalaman menjadi lebih baik memberikan kesempatan belajar yang terbuka lebar menjadi profil yang berperformansi tinggi.
Apakah ciri orang yang layak disebut berperformansi tinggi? Saya berpendapat bahwa orang tersebut harus mampu memberikan kontribusi segala situasi, minimal dengan memberikan ide dasar untuk memacu (baca: memprovokasi secara positif) ide-ide brilian lainnya. Ini hanya akan tercapai apabila pola pikir telah dipersiapkan dengan tindakan nyata, memulainya sangat mudah dalam segala aspek hidup termasuk mengubah jam berangkat ke kantor (dengan berangkat lebih pagi), mengambil rute perjalanan yang berbeda, mencari tempat makan yang berbeda, mengusulkan cara-cara baru dalam menyelesaikan masalah rutin, hingga berpikir kreatif bagaimana menghasilkan output yang sama atau lebih baik dengan cara-cara baru yang lebih mudah, praktis, dan cepat.

Dalam perjalanan berikutnya, saran, kritik, dan bahkan pujian seyogyanya diterima dengan lapang dada. Tidak terlalu bangga kalau dipuji dan tidak sakit hati kalau dikritik dan dicela. Keahlian dalam mengatur kestabilan emosi memberikan nilai tambah besar dalam mengatasi tantangan dalam proses perubahan.
Adakalanya keberhasilan dihargai dengan baik atau malah masih dicerca karena kurang efisien. Kalimat awal dalam paragraf ini berpesan untuk selalu mawas diri tidak cepat puas walaupun sudah berpikir dengan cara terbaik pada saat melaksanakan satu tugas/ pekerjaan. Selalu berpikir untuk mengubah cara terobosan tanpa terlalu mengkhawatirkan pujian atau cercaan yang bakal diterima akan mempertajam dan membiasakan kemampuan berubah.

Mudah-mudahan versi ini dapat melengkapi versi sebelumnya dengan beberapa contoh.

Seandainya ada komentar dan masukan, saya dapat dihubungi di email: kiki.wibowo@gmail.com

End of Blog

Thursday, 25 January 2007

The Art of Convincing Others - Seni mempengaruhi Orang Lain Version 1.0

Sebelum diterjemahkan secara bebas, seni mempengaruhi orang ini selayaknya dipergunakan untuk tujuan yang saling menguntungkan semua pihak, tidak hanya kepentingan pribadi atau sepihak.

Pada tulisan Career Life Cycle, dituliskan bahwa pengaruh adalah sesuatu yang dibangun; kemampuan mempengaruhi orang lain adalah konsekuensi logis.

Membangun pengaruh dengan mengkondisikan lingkungan memiliki tantangan tersendiri. Pengaruh akan datang dan pergi seiring dengan level tindakan, pikiran, dan ucapan yang diperlihatkan dalam keseharian. Pengaruh tidak datang dalam waktu singkat tapi besar kemungkinan akan pergi dalam sekejap oleh setitik ketidak serasian tindakan, pikiran atau ucapan.

Mempengaruhi orang untuk sependapat, mendukung, hingga sepenuh hati menjalankan tujuan bersama membutuhkan ketulusan, komunikasi yang baik, serta tujuan akhir yang benar untuk kepentingan dan kemajuan bersama.
Di luar ini, kesepahaman akan mudah tercemari dengan pengaruh lain dengan arah dan hasil yang bervariasi.

Mempengaruhi orang di sekitar kita juga memberikan arti pentingnya energi yang dicurahkan kepada lingkungan sekitar; besarnya energi yang dicurahkan kepada lingkungan sekitar menunjukkan berapa besar perhatian dan pengaruh yang ditebarkan.
Memang benar hasil adalah sesuatu yang di luar kontrol, namun pengaruh positif akan menghasilkan sesuatu yang positif, selayaknya hukum aksi reaksi.

Untuk tanggapan, saran, dan komentar, hubungi
kiki.wibowo@gmail.com

Phylosophy of Things a Correlation of Cause – Consequences Version 1.0

Filosofi Tentang Banyak Hal – sebuah korelasi dari sebab – akibat
Version 1.0


Terdengar sederhana korelasi antara sebab dan akibat ini; akibat adalah konsekuensi logis dari suatu sebab. Ini berlaku untuk kejadian yang telah terjadi. Untuk perencanaan beberapa akibat dapat dianalisa sebagai bagian dari perencanaan termasuk manajemen resiko.

Yang dibahas di sini adalah seni mengkorelasikan sebab dan akibat dalam konteks proses argumentasi. Memimpin argumentasi di saat posisi kuat dan menetralkan situasi dengan bernegosiasi saat kondisi lemah.

Konsep sebab akibat menawarkan pola pikir yang sederhana namun efektif untuk mengetahui akar permasalahan dan menghindari argumentasi berkepanjangan.

Efektivitas dalam berargumentasi juga ditentukan oleh seberapa besar kapasitas lawan bicara kita dalam menerima serta mengolah informasi. Kapasitas besar dapat diartikan memiliki awareness dan logika yang diterapkan dalam argumentasi yang rasional menguasai pokok pembicaraan.

Inti konsep sebab akibat adalah: ”berargumentasilah selama yang dirujuk lawan bicara adalah akibat (konsekuensi logis) dari suatu sebab, namun tunduklah pada kebenaran yang logis apabila yang dirujuk adalah sebab yang menghasilkan akibat sebagai konsekuensi logisnya”

Pada saat lawan bicara mengajukan akibat untuk diperdebatkan, anda dapat mengajukan akibat lain sebagai kemungkinan tandingan; namun tidak demikian pada saat lawan bicara anda merujuk pada sebab yang benar. Jika itu yang terjadi carilah obyek lain untuk diargumentasikan atau mengambil jalan tengah dalam kompromi.

Dimanakah kekuatan konsep ini bagi yang berada di sisi lemah? Salah satu pendekatan solusinya adalah dengan mengarahkan perundingan ke arah yang dapat disepakati, bukan dengan menghindar; mengurangi besarnya tekanan yang ditimbulkannya, seringkali sulit menghilangkan impactnya. Cara ini dipandang lebih fair dibanding argumentasi panjang tanpa arah argumentasi yang jelas.

Bagi sisi yang kuat argumentasi sebabnya, anda dapat memimpin argumentasi dengan peluang kemenangan yang lebih besar memiliki daya tawar yang lebih kuat; hasil akhir sangat ditentukan obyektif dari suatu proses argumentasi ybs.


Untuk jelasnya ada contoh sederhana:
- Anak saya pernah diajari cara membaca yang benar supaya mata tidak rusak, yakni membaca sambil duduk, tidak boleh tiduran; suatu hari dia melihat saya baca sambil tiduran, dia lalu berkata “Papa, jangan baca sambil tiduran nanti matanya rusak”. Serta merta saya duduk karena dia merujuk pada SEBAB bukan akibat.
- Salah seorang rekan kerja beralasan dan berputar-putar perihal penjelasan tidak terselasaikannya suatu pekerjaan; cara yang tidak akan berhasil guna karena alasan adalah AKIBAT; akan berbeda apabila SEBAB yang dikemukakan dengan baik dan benar, misalnya pada proses yang diluar kontrol yang menyebabkan tertundanya pekerjaan.


Untuk tanggapan, saran, dan komentar, hubungi kiki.wibowo@gmail.com

Sunday, 21 January 2007

Career Life Cycle - Ver. 1.0

What do you think about your career so far? Good … bad ...?

Many of us will say "yeah, it is so so lah..."

Now, my question is : are you currently happy with it? Do you understand what are other things required to achieve more goodies in your life?

I would like to share a definition dedicated to many of us who are on progress striving his or her career. Every single words shared here are positioned as opinions, comments are welcome… more importantly, no obligation to follow or commit as long as you are disagree and or possess different opinion and point of view.

My Career Life Cycle definition consists of five layers, the sequence is arranged as follows:

  1. Basic occupation (Job)
  2. Doing best thing on the job/ Achievement
  3. Influence
  4. Position
  5. Authority

At the basic occupation layer, one is considered successfully enter the real life, working life, world of challenge & competition. Entering this stage of life might be the happiest moment in life, given a chance to prove to the world that one really is. All bright new future dreams seem to be wide opened.

After several months or at least spending the first semester on the current occupation, challenges comes, salary is seems to be not adequate to support your current living style, this is typical; life style follows the income, then what to do? what to think?

In the other hand, one might think doing business as usual is good enough for him/her to survive current job.

Positively, he/she might think how to contribute better in the current workplace in order to gain better return such as salary increase, bonus, and or other incentives.


Contribute better can also be interpreted as working harder but smarter, being efficient, being proactive, being good team player/leader, being professional – a better terminology to describe integrity, loyal, & awareness.

Should you do things outlined in paragraph above, you are yet crawling up to the second layer, doing the best on the job/ achievement; contributing and achieve some goals.

Up to this stage, you must have proven something to someone else what kind of person you are. Are you the contributor, leader, or just an ordinary follower?
Many of us would of course aiming better career in the near future including better return as the form of appreciation, rewards, or pay-back to what ever positive action committed into the organization. But unfortunately not many of us aware, care, try or even got the chance to go further to the next layer in the career life cycle, which is Influence.

Influence layer in my definition is “the most important yet most difficult” in the career life cycle. Any other following layers might not be beneficial if one cannot strive for this influence layer properly & appropriately.
Why influence is so important?

Influence is a non tangible value which is not able to be gained by definite rules or procedures. It is typically a combination of attitude & manner, awareness, achievements, thoughts, creativity, innovation, leadership, etc. It is so important due to it is a kind of power to move things. A decision maker is sometimes if not often takes opinion of the influencer into consideration prior to decision.
The influence layer is considered as the ultimate factor that one should have before further being positioned or achieving the next following layers, position and authority layer.

Influence layer is the most difficult layer to achieve due to its nature; you can not force yourself for being influencer. You may try but you might not get it, you might seek but you might not find it.

Influence is a kind of appreciation from your environment towards your actions, attitude, and achievements.

One practical assessment you may do to determine your influence level is: try to figure out how important you are in the team, are you contributing by speak out your ideas acceptable to many of other team player? Are you important within your organization? How important you are?

What should you do if you do not possess enough influence?
Imitate is one of the way, learn something from the one that possess great influence within your organization. Imitating cleverly by combining it with your own initiative, innovative thinking should boost your influence level; although this tips is easy, but it is easier to talk and write then take it in practical life. A lot of thinking on its basic philosophy of every action is important – read my next blog on this issue shortly

Once you got the influence layer, position layer is something you will reach sooner or later; it is only the matter of time. Why? Position layer typically demands capacity to handle things. Should you pass the influence layer smoothly; normally capacity to handle things is followed.

For those who are luckily reach the position layer by skipping the influence layer first, he or she will have to work harder to gain influence among the team under his/ her responsibility.

Note: This situation valid also for those who moved forward to be positioned at new company.

Once the position layer is tamed, the next difficulty is the authority layer. It is independent whether authority is given or defined.
Authority is one parameter that every position layer holder to strive to. Authority is the symbol of responsibility and power to do things properly and appropriately.
Authority layer is considered difficult to reach due to it is form by components consisting: trust, professionalism, and other collection of values from other previous layers.

For those who are reaching this layer easily right after the position layer, then congratulation wishes is deserved. Otherwise work harder and try the best to gain the trust, by enlarging the positive influence to gain trust.

This authority is considered as the most important factor once you reach the position layer; extremely saying says: “you can not live your position without authority…”

For any comment and feedback you may reach me at: kiki.wibowo@gmail.com
End of Blog